Breaking News

Miliaran Rupiah Mengalir, Irigasi Kubu Raya Malah Menuai Kontroversi

    
Kalbar.Xpost.co.id - Program pemerintah untuk pengembangan dan rehabilitasi jaringan irigasi di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, tengah menjadi sorotan. Proyek peningkatan irigasi rawa Kerawang Komplek, yang menelan anggaran miliaran rupiah, justru menuai kontroversi dan diduga tidak memberikan manfaat bagi masyarakat setempat. Kegagalan proyek ini bukan hanya menimbulkan kerugian finansial negara, tetapi juga memicu kekecewaan mendalam di kalangan petani yang berharap peningkatan produktivitas pertanian. Dari pantauan di lapangan, pekerjaan proyek tersebut terkesan dipaksakan, karena masyarakat setempat sebenarnya tidak pernah berharap adanya proyek irigasi rawa dan pintu air ini.
 
Proyek yang dijalankan oleh SNVT Pelaksanaan Jaringan Pemanfaatan Air Kalimantan I Provinsi Kalimantan Barat ini menargetkan peningkatan produktivitas pertanian di Desa Kerawang, Desa Sumber Agung, dan Desa Muara Tiga, Kecamatan Batu Ampar, seluas 4.173 hektare. Target outcome-nya adalah 944 hektare, dengan kegiatan meliputi galian saluran sekunder (45.000 m³), galian saluran pembuang (13.800 m³), dan pembangunan 5 unit pintu air dua daun. Ironisnya, dana miliaran rupiah yang digelontorkan justru berpotensi menjadi beban baru bagi masyarakat, bukan solusi bagi permasalahan irigasi yang sebenarnya mereka hadapi.
 
Investigasi lapangan mengungkap fakta mengejutkan. Di Desa Muara Tiga, rencana pembangunan 9 pintu air hanya menghasilkan 5 unit karena penolakan warga. Kelima pintu air tersebut dibangun di lokasi yang tidak ditanami sawit, sementara sisanya dialihkan ke Desa Kerawang. Namun, warga Kerawang juga menolak pembangunan tersebut karena khawatir kebun sawit mereka akan rusak akibat banjir, seperti pengalaman buruk proyek serupa tahun 2016 yang menghabiskan anggaran sekitar 15 miliar rupiah dan mengakibatkan kerugian besar bagi petani. Ketakutan warga ini bukanlah tanpa alasan; pengalaman pahit proyek serupa di tahun 2016 masih membekas dalam ingatan mereka, mengakibatkan kerugian ekonomi yang signifikan dan perubahan mata pencaharian.
 
Proyek lanjutan tahun 2024, dengan anggaran sekitar 6 miliar rupiah, akhirnya hanya berupa pekerjaan galian saluran drainase di Desa Kerawang setelah penolakan warga Muara Tiga. Seorang warga transmigrasi yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan kekecewaan mendalam atas proyek yang dianggap sia-sia dan minim sosialisasi. Minimnya sosialisasi dan partisipasi masyarakat dalam perencanaan proyek menjadi salah satu faktor utama penyebab kegagalan ini, menunjukkan lemahnya koordinasi antara pemerintah dan masyarakat. Kesan proyek yang dipaksakan ini semakin memperkuat dugaan adanya penyimpangan dalam pelaksanaan proyek.
 
Kejanggalan ini menimbulkan pertanyaan serius tentang pengelolaan anggaran dan pengawasan proyek pemerintah. Apakah proyek ini benar-benar sesuai rencana dan memberikan manfaat bagi masyarakat? Transparansi dan akuntabilitas penggunaan anggaran negara menjadi taruhannya. Investigasi lebih lanjut mendesak untuk mengungkap dugaan pemborosan anggaran yang merugikan masyarakat Kubu Raya. Pemerintah daerah dan pihak terkait perlu segera melakukan evaluasi menyeluruh terhadap proyek ini, serta memberikan penjelasan transparan kepada masyarakat terkait penggunaan anggaran dan langkah-langkah perbaikan ke depan. Tindak lanjut yang tegas juga diperlukan untuk mencegah terulangnya kejadian serupa di masa mendatang.(T-9KB)
© Copyright 2022 - kalbar.expost.co.id